Akarnews, 25-26 September 2024. Bertempat di Sinar Sport Hotel Kota Bengkulu, Akar Global Inisiatif mengadakan workshop “Penyusunan Rencana Tata Kelola Kawasan Perhutanan Sosial yang inklusif dan Berkelanjutan bersama Pelopor Perhutanan Sosial di Provinsi Bengkulu.” Kegiatan ini dihadiri 30 orang peserta dengan melibatkan pemangku utama perhutanan sosial Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi Bengkulu. Instansi terkait lainnya yakni Kesatuan Pengelola Hutan Lindung (KPHL) Bukit Daun, KPHL Bengkulu Selatan, DLH Bengkulu Selatan dan DLH Lebong. Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang hadir diantaranya dari Desa Air Kiliran, Desa Talang Ratu, Desa Suka Sari, Desa Talang Donok, Desa Talang Donok 1, Desa Bajok, Desa Teluk Diyen, Desa Embong, Desa Embong 1, Desa Plabai, dan Desa Talang Ratu. Adapun Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) yang terlibat diantaranya dari Desa Air Kiliran dan KUPS Register 5 Desa Tebat Pulau. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang terlibat diantaranya Gapoktan Rukun Makmur Desa Baru Manis dan Gapoktan Maju Jaya Desa Tanjung Dalam, serta Koperasi Cahaya Panca Sejahtera (CPS) Rejang Lebong.

Acara yang dilakukan pada 2 hari ini dimulai dengan penyampaian materi mengenai Tata Guna Lahan/Zonasi Ruang Produktif dalam Perhutanan sosial oleh Hefri Oktoyoki, S.Hut.,M.Si, kemudian materi Pengelolaan Lahan Berbasis Agroekologi untuk Perhutanan Sosial berkelanjutan oleh Maulana Insanul Kamil S.P.,M.P, dan Materi mengenai Pengembangan Bisnis Usaha dalam Perhutanan Sosial yang disampaikan oleh Benny Pratama, S.Hut. Materi ini bertujuan agar masyarakat memahami pengaturan fungsi ruang dan praktik tata guna lahan dalam kawasan perhutanan sosial, mengetahui praktik pengelolaan lahan yang berkelanjutan serta bisa memahami perspektif pasar dan pola pengembangan usaha berbasis komoditas.

Penyusunan rencana kelola kawasan perhutanan sosial yang inklusif dan berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal serta pelestarian lingkungan. Dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, implementasi, dan monitoring, maka keberlanjutan pengelolaan hutan sosial dapat lebih terjamin. Dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, dapat diciptakan model pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Dengan adanya perencanaan yang matang dan inklusif, masyarakat lokal akan merasa memiliki kepentingan yang dilindungi dan dijamin oleh keberlanjutan pengelolaan hutan sosial. Hal ini juga akan membantu dalam menjaga ekosistem hutan serta mengurangi konflik antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian, pengelolaan hutan sosial dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Selain itu, melalui partisipasi aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta, dapat diciptakan model pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Perencanaan yang matang dan inklusif, masyarakat lokal akan merasa memiliki kepentingan yang dilindungi dan dijamin oleh keberlanjutan pengelolaan hutan sosial. Hal ini juga akan membantu dalam menjaga ekosistem hutan serta mengurangi konflik antara pihak-pihak yang terlibat. Dengan demikian, pengelolaan hutan sosial dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Selain itu, kolaborasi antara pihak-pihak terkait juga dapat memperkuat implementasi kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan hutan dan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.

Dalam kegiatan workshop ini, peserta juga diberikan Coaching Clinic oleh Penyuluh DLHK Provinsi Bengkulu terkait menyusun model pengembangan Perhutanan Sosial sebagai pedoman untuk menyusun/memperkaya dokumen Rencana Kelola Perhutanan Sosial (RKPS) kelompok dengan menyusun dokumen purwarupa/prototype rencana pengelolaan kawasan dan bisnis dalam perhutanan sosial.  

Akar berpendapat Ada 2 poin penting yang perlu ditangkap dimana petani seharusnya tidak lagi hanya fokus merebut suprastruktur tapi juga menguasai aset produktif seperti tanah. Temuan sederhana para akademisi dan peneliti mengenai usia 10-20th kedepan dimana berkurangnya produtifitas tanah karena seringnya terjadi eksploitasi tanah dapat merubah hasil dan produksi tanah dalam pasar petani sehingga petani dianggap perlu menguasai basis produksi. Cara untuk menghadapi ini bisa dengan melalui pendidikan petani agar bisa mengelola lahan menjadi lebih produktif dan berkelanjutan. Akar sangat konsen untuk merebut basis produksi dan meningkatkan kapabilitas masyarakat. Kita berkolaborasi untuk bekerjasama mencari dan melahirkan generasi muda dan pengetahuan petani yang lebih baik untuk kesejahteraan petani itu sendiri kedepannya.