AKARNEWS.Akar Foundation menggelar Pelatihan Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Berbasis Digital, Sabtu, 2 Juni 2023. Kegiatan ini diselenggarakan atas dasar pertanyaan dan keinginan yang sebelumnya ditanyakan ke teman-teman petani mengenai kebutuhan atau hal yang bisa dibantu oleh Tim Akar Foundation. Kegiatan yang digelar seharian di Balai Desa Barumanis Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu itu dibuka secara resmi oleh Manajer Program dan Strategi Akar Foundation, Pramasti Ayu Koesdinar atau yang akrab disapa Dinar. 

Kegiatan ini bekerjasama dengan lintas sektor. Diantaranya Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), dan Prodi Kehutanan Universitas Bengkulu (Unib). Kegiatan ini juga untuk pertama kalinya bagi Akar Foundation melibatkan secara khusus kaum perempuan.  Mengingat materi kegiatan tersebut berkaitan dengan basis digital, peserta diperkenalkan sebuah aplikasi bisnis bernama Airtable. Peserta juga melakukan simulasi penggunaan aplikasi tersebut dengan dibimbing oleh Hefri Oktoyoki, S.Hut., Msi  atau yang biasa disapa Oki, Dosen Prodi Kehutanan Universitas Bengkulu.

Aplikasi Airtable sendiri sama halnya ketika mengerjakan olah data dengan menggunakan software Microsoft Excel. Hanya saja Airtable dinilai sangat efisien dalam pengaturan olah data dan dengan tampilan lebih indah.

Dalam sambutannya Dinar mengatakan, kaum Milenial saat ini berbondong-bondong terlibat dalam bisnis. Mengingat era-nya saat ini sudah era digital, sudah barang tentu generasi Milenial pun mengambil peran dalam bisnisnya berbasis digital. Hadirnya Akar Foundation tidak bisa tegak sendirian. Melainkan butuh banyak pihak demi mendukung kegiatan ini demi tercapainya tujuan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) khususnya di Desa Barumanis. Mengingat, usaha yang dilakukan KUPS ini ruang lingkupnya di desa, itu artinya juga menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah desa bagaimana melibatkan masyarakatnya khususnya anak-anak muda desa serta kaum perempuan untuk terlibat dalam Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Berbasis Digital ini.

“Selama ini seolah seperti program  perhutanan sosial itu beda dengan rencana pembangunan desa. Jadi  memang belum terlihat secara signifikan apa kontribusi HKm terhadap pembangunan desa atau kontribusi pembangunan desa terhadap anggota petani HKm yang memang sebagai warga desa”, kata Dinar.

Pada sesi inti kegiatan, Oki, selaku Pemateri mengatakan, penggunaan aplikasi Airtable hanyalah salah satu alat penunjang usaha atau bisnis bagi KUPS untuk lebih memudahkan dan efisiensi kerja. Namun biasanya yang perlu dihadapi adalah tantangan kendala pada modal dan pasar. 

Kunci untuk kedua hal tersebut, lanjutnya,  adalah investor. Dengan cara meyakinkan kepada investor bahwa bisnis kopi sangat menguntungkan. Sehingga pembukuan dan laporan keuangan serta proses transaksi stok barang dan modal yang dipinjamkan jelas catatannya. Oleh sebab itu, petani diharapkan mulai mencoba mengubah sistem manual ke sistem digital. Sehingga sistem ini bisa memperlihatkan ke kita  secara real time transaksi keuangan dari input data ke sistem yang telah kita lakukan. 

“Sistem manual rentan dari catatan yang tidak terinput. Dan hal itu tidak disukai oleh investor. Sehingga mereka (investor) ingin sistem yang lebih jelas”, kata Oki 

Oki juga mengatakan, kelanjutan dari kegiatan ini, pihaknya akan mengutus mahasiswa dari Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu sebanyak 20 orang keempat desa yang juga menjadi desa pendampingan Akar Foundation. Yaitu Desa Tanjung Dalam, Air Lanang, Tebat Tenong Dalam dan Tebat Pulau. 

“InsyaAllah Agustus nanti kami akan kirim mahasiswa. Programnya  kampus merdeka program pembangunan desa. Dan ini tahap awal empat desa”, lanjut Oki.

 

Perwakilan KPHL Bukit Daun, Rika Himawan, S.Hut sedang menyampaikan sambutannya pada acara Pelatihan Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Berbasis Digital, yang diselenggarakan Akar Foundation Di Desa Baru Manis.

 

Perwakilan KPHL Bukit Daun, Rika Himawan, S.Hut mengatakan, untuk pengembangan perhutanan terutama yang sudah memiliki izin, perlu difasilitasi secara terus menerus.  Mengingat izin HKm yang diberikan kepada masyarakat dalam mengelola luasan lahan yang mana masing-masing mengelola 2 hektar tersebut adalah izin akses kelola. Terkait dengan Pelatihan Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial Berbasis Digital ini, memang dimungkinkan untuk melibatkan partisipasi kaum perempuan. Semakin banyak diikut sertakan, maka  semakin besar kesempatan kaum perempuan untuk mengelola hutan sosial yang ada. Dengan pelatihan ini, kendala dalam pengolahan kopi dari segi pasca panen bisa ditanggulangi. Petani bisa menyesuaikan standar mutu kebutuhan pasar. 

“Kedepannya, tujuannya bisnis kopi ini ada standar mutu. Sehingga bagaimana meningkatkan (mutu) itu. Jadi tidak hanya kawasan yang terjaga, tapi juga ekonomi dari kita semua meningkat. Jadi apa yang dicita-citakan masyarakat sejahtera, hutan lestari itu bisa sama-sama tercapai dan terjaga keseimbangannya”, demikian Rika.

Kepala Desa Barumanis, Sofyan Effendi dalam sambutannya menuturkan, pihaknya bukan hanya memfasilitasi. Namun juga sangat mengapresiasi dan berterimakasih kepada Akar Foundation karena menjadikan desanya sebagai tempat dilangsungkannya kegiatan ini. Ia juga mengatakan, program kerja yang dijalankan Akar Foundation sangat positif dan berharap berkelanjutan untuk kedepannya. 

“Kegiatan seperti ini jangan sampai terputus. Karena dengan cara ini, bisa membangunkan dan membangkitkan semangat masyarakat untuk mengelola hutan kita sesuai dengan aturan atau regulasi yang ada. Sama-sama kita ketahui, hutan yang ada di desa-desa di Indonesia ini tidak akan bertambah. Tapi manusianya lah yang bertambah”, kata Sofyan.(NOVI/AKAR)