Akar Global Inisiatif menyelenggarakan Workshop “Desktop Mapping Potensi Keanekaragaman Hayati dan Kemitraan Pengelolaan Sumber Daya Alam dalam Bentang Alam Kawasan Hutan di Provinsi Bengkulu” pada tanggal 22–23 Mei 2025 di Two K Azana Style Hotel Bengkulu. Kegiatan ini mempertemukan para pemangku kepentingan kunci dalam pengelolaan hutan dan pelestarian keanekaragaman hayati di wilayah Bengkulu. Workshop dihadiri oleh perwakilan dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bengkulu Selatan dan Bukit Daun, serta Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bengkulu Selatan.

Dalam suasana dialog yang partisipatif, para peserta bersama-sama mengidentifikasi potensi keanekaragaman hayati, wilayah prioritas perhutanan sosial, serta peluang kemitraan strategis untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

Direktur Akar Global Inisiatif dalam sambutannya menegaskan bahwa pendekatan pemetaan partisipatif berbasis spasial dan kearifan lokal menjadi fondasi penting untuk memperkuat tata kelola kawasan hutan yang adil dan lestari. “Kegiatan ini bertujuan mendorong sinergi antarlembaga, sekaligus menyusun roadmap tindak lanjut kolaboratif untuk perlindungan kawasan bernilai ekologis tinggi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya. Hasil workshop mencakup penyusunan peta tematik potensi biodiversitas serta wilayah kerja prioritas kemitraan yang menjadi acuan bersama dalam pengelolaan sumber daya alam berbasis kolaborasi. Selain itu, dokumen identifikasi peluang dan tantangan kemitraan sumber daya alam juga disusun sebagai bahan dasar perencanaan program bersama.

Sorotan dari Sesi Diskusi

  • Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) mengemukakan tantangan utama berupa luasnya area terbuka di Kabupaten Rejang Lebong dan Lebong serta keterbatasan anggaran yang memengaruhi upaya konservasi. TNKS mengusulkan program penanganan konflik di 77 desa di dua kabupaten tersebut, dengan fokus pada konservasi satwa ikonik seperti harimau dan gajah.

  • Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung menyoroti kebutuhan penguatan program smart patrol guna mengatasi kekurangan dana dari APBN serta meningkatkan pengumpulan data lapangan, terutama di landscape Bukit Barisan Selatan. BKSDA mengusulkan kemitraan konservasi dengan desa-desa penyangga kawasan hutan untuk pengelolaan yang lebih efektif dan partisipatif.

  • Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Bengkulu Selatan dan Bukit Daun menambahkan pentingnya pengintegrasian data spasial dari berbagai lembaga sebagai dasar pengambilan keputusan yang tepat sasaran dan adaptif.

  • Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Bengkulu Selatan menekankan perlunya harmonisasi program lintas sektor serta pemberdayaan masyarakat lokal agar manfaat pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati dapat dirasakan langsung oleh komunitas sekitar.

Perwakilan Akar Global Inisiatif, Dinar, menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antar lembaga pengelola hutan dan konservasi untuk menghindari duplikasi program. Akar juga berkomitmen mendukung pendanaan yang berkelanjutan dan transparan serta menghormati hak atas data yang dihasilkan dari kolaborasi tersebut.

Komitmen Bersama untuk Kelestarian dan Kesejahteraan Masyarakat

Workshop ini menegaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam di Provinsi Bengkulu harus dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, berbasis data akurat, serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal yang memegang kearifan tradisional. Dinar menambahkan bahwa Akar Global Inisiatif berkomitmen melakukan advokasi yang bukan sekadar menang-kalah, melainkan menciptakan perubahan sosial yang berkelanjutan melalui kerja sama komprehensif dan berdampak nyata. “Kami berharap kerja sama ini tidak menimbulkan duplikasi kegiatan di lapangan dan memprioritaskan efisiensi serta dukungan pendanaan yang berkelanjutan, bukan sekadar proyek jangka pendek,” ujarnya.

Workshop juga menekankan pentingnya transparansi dan kesepakatan dalam pengelolaan data, terutama terkait klaim data dan akses informasi antar pihak. Hal ini untuk menghormati kerja keras masing-masing lembaga dan menghindari konflik yang dapat menghambat upaya pelestarian. Hasil workshop secara keseluruhan meliputi peta tematik potensi biodiversitas dan wilayah kerja prioritas kemitraan, dokumen identifikasi peluang dan tantangan kemitraan, serta rencana tindak lanjut bersama. Kegiatan ini mempertegas pentingnya integrasi data, keterlibatan masyarakat lokal, dan harmonisasi program lintas sektor demi menjaga kelestarian bentang alam Bengkulu.

“Kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam membangun platform kolaboratif untuk perlindungan kawasan bernilai ekologis tinggi sekaligus memperkuat penghidupan masyarakat sekitar hutan,” ujar Dinar.

Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, Akar Global Inisiatif menargetkan kerja sama yang berkelanjutan dengan dukungan pendanaan stabil dan pelaporan transparan. Program ini menjadi bagian dari upaya memperkuat advokasi pengelolaan hutan yang inklusif dan adaptif terhadap tantangan perubahan iklim serta krisis ekologis yang kian nyata. Pendekatan desktop mapping partisipatif menjadi alat penting untuk memberikan gambaran jelas terkait potensi dan isu yang ada di bentang alam Bengkulu.