Desa merpas, kecamatan Nasal kabupaten Kaur merupakan salah satu desa yang beririsan langsung dengan Laut. Selain panorama pantai yang indah, air laut yang jernih, ada banyak jenis ikan yang dijadikan sumber pencarian masyarakat setempat.

Gurita (Octopus Vulgaris) merupakan salah satu spesies laut yang paling dicari/diburu oleh masyarakat setempat. Hewan Molusca dari kelas Cephalopoda ini masih banyak di jumpai di laut Merpas bahkan sudah menjadi jargon kabupaten kaur.

Seperti pada daerah lain yang beririsan langsung dengan Laut, sebagian besar masyarakat umum di Desa Merpas berprofesi sebagai nelayan. Namun yang membuatnya menjadi menarik adalah, di desa merpas ada yang mengais nafkah sebagai Nelayan khusus gurita. Nelayan ini terbagi menjadi tiga, yaitu nelayan pinggiran, nelayan Tubir ombak/Nelayan Jerigen dan Nelayan perahu.

Para Perempuan Nelayan Pinggir Gurita. Sumber: Dokumentasi Akar Foundation 2021.

Nelayan pinggiran biasanya adalah nelayan perempuan dengan peralatan seadanya seperti kawat besi dan tempat hasil tangkapan. Kelebihan dari nelayan ini adalah kemampuan atau kejelian melihat lubang tempat gurita atau pergerakan guritanya langsung di karang. Namun sayangnya, nelayan pinggiran ini dibatasi dengan ruang pencarian yang sempit. Dimana mereka hanya bisa berburu Gurita di pinggiran laut saja dan itupun pada saat laut sedang surut dan kondisi karang yang masih bagus.

Selanjutnya adalah nelayan perahu, nelayan perahu biasanya tidak hanya mencari gurita, tetapi juga membawa peralatan tangkap ikan lainnya seperti jaring dan pancing (joran) sesuai dengan saat musim ikan. Lokasi nelayan perahu ini agak jauh ketengah dan di kedalaman antara 8–14 M. kondisi inilah yang membuat nelayan perahu harus bergerak cepat saat memancing gurita. Hal ini disebabkan karena menurut salah satu nelayan setempat, saat gurita menyambar umpan, tali harus dengan cepat ditarik/di angkat. sebab tak  jarang saat seekor gurita sudah menyambar umpan, ketika di angkat gurita tersebut lepas. Kesulitan lain yang dihadapi oleh Nelayan Perahu ialah karena dalamnya lokasi pemancingan Gurita, menyebabkan mereka terkadang tidak bisa dengan jelas melihat umpan didasar laut ditambah lagi kondisi air laut yang agak keruh sehingga  mereka terkadang bermodal insting nelayan. Namun, hal ini agak terbantu dengan warna umpan palsu yang mencolok. Penggunaan warna umpan palsu biasanya berdasarkan keadaan air laut dan musim tertentu. Warna yang umumnya disukai oleh gurita adalah warna Orange kemerah-merahan.

Pak Bukhori saat menjelaskan Alat pancing Nelayan Jerigen. Sumber: Dokumentasi Akar Foundation 2021.

Kemudian nelayan jerigen/tubir ombak. Nelayan jerigen ini bermula pada tahun 2014. Inisiatornya adalah  Bapak Bukhori (Bang Boy). Menurut penuturan Pak Bukhori, awalnya beliau menggunakan jerigen karena beliau belum memiliki perahu. Profesi dengan inovasi ini digelutinya sendirian hampir satu tahun, dan dengan hasil yang lumayan menjanjikan. Melihat keberhasilannya para nelayan lain mulai mengikuti dan belajar dengan Pak Bukhori tentang pemacingan dengan penggunaan jerigen.

Adapun peralatan yang digunakan saat memancing adalah :

  1. Jerigen ukuran 5 Liter sebagai pelampung.
  2. Snar / Tali pancing.
  3. Kaca mata selam.
  4. Umpan Palsu/umpan gurita yang dibuat sendiri.
  5. Kawat besi dengan panjang 15 Cm sebagai alat membunuh gurita.
  6. Tempat hasil tangkapan yang terbuat dari nilon/snar (bisa juga menggunakan waring yang di modifikasi).
Peralatan Pancing nelayan jerigen. Sumber: L.R Photos

Lokasi pemancingan jerigen ini berada tepat di pecahan ombak/tubir ombak dengan kedalaman antara 2–8 Meter. Waktu yang baik bagi pemancing gurita adalah saat ombak sedang pasang dengan durasi waktu rata-rata 2 hingga 3 jam dalam sekali memancing. Biasanya saat gurita sedang musim dan laut sedang pasang, tidak jarang pemancing akan turun ke laut dua kali dalam sehari. Keuntungan dan keunikan lain yang dimiliki oleh Pemancing jerigen adalah lokasi mereka yang tidak bisa dijamah oleh nelayan Perahu maupun nelayan pinggir karena karangnya yang bisa merusak perahu, serta kedalamannya yang tidak memungkinkan untuk di jangkau oleh nelayan pinggir dengan alat tangkap yang minim. Kondisi seperti ini memungkinkan hasil tangkapan nelayan jerigen akan lebih banyak di bandingkan dengan nelayan pinggiran maupun perahu dalam hal pancingan khusus untuk Gurita.

 

Kegiatan memancing yang dilakukan oleh nelayan jerigen ini terbilang sangat menantang. Apalagi dengan bermodalkan pelampung satu buah jerigen kosong berkapasitas 5 liter, bukanlah hal yang mudah pada saat pemecahan ombak. Selain itu, ketidakseimbangan berat dengan daya tampung jerigen tersebut bisa membuat nelayan akan terhempas dan terbawa ombak.

Disisi lain, saat gurita mengenai/memakan umpan pancing, gurita harus di angkat dengan cepat dan harus dibunuh (dimatikan). Kawat berukuran 15 Cm yang dibawa nelayan merupakan alat yang di pakai untuk membunuh gurita dengan menusukkan kepala gurita tepat di antara dua matanya, bahkan karena terburu-buru, tidak jarang mereka akan menggigit gurita tersebut.

Berdasarkan cerita Pak Bukhori, nelayan jerigen pernah mendapat  Rp.1.500.00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) dalam satu kali memancing dengan durasi 2-3 jam saja.

Sebagai inisiator, Pak Bukhori tidak memberi batasan jumlah nelayan yang boleh menggunakan jerigen seperti yang dilakukannya. Di Desa Merpas sendiri sudah banyak yang menjadi pelaku nelayan Jerigen. Namun sampai saat ini yang aktif menggunakan jerigen untuk menangkap gurita sekitar 30 orang

Para nelayan ini pun berharap kedepan akan ada model pengelolaan laut yang menjanjikan kesejahteraan masyarakat khususnya didesa merpas dan umumnya di Provinsi Bengkulu.

 

Sumber Cerita Inisiator nelayan Jerigen (Bpk. Bukhori)