Oleh: Erwin Basrin

Ada beberapa konsef kesadaran yang ditulis kemudian menjadi teori tentang Kesadaran itu sendiri, Georg Lucas yang disebut sebagai pengikut Marxisme Hegelian membagi kesadaran menjadi dua bagian yaitu Kesadaran Kelas dan Kesadaran Palsu, kesadaram Kelas ini mengacu pada system keyakinan yang dianut oleh orang yang menduduki posisi kelas yang sama, sedangkan kesadaran Palsu adalah kelas-kelas dalam masyarakat kapitalis umumnya tidak menyadari kepentingan kelas mereka yang sebenarnya. Sedangkan Antonio Gramsci menyatakan bahwa kesadaran merupakan kondisi dimana kita memahami situsi dan kondisi watak masyarakat dimana kita hidup, dan kemudian Gramsci mempersempit bahwa kita disini adalah intelektual.

Kesadaran adalah basis dari segala kehidupan dan ladang dari seluruh kemungkinan. Hakikatnya memperluas dan melipatgandakan potensi sepenuhnya. Dengan demikian dorongan untuk berkembang melekat dalam hakekat kehidupan, teori kesadaran seperti ini adalah menurut Maharishi Mahesh Yogi, sedangkan kesasaran menurut penulis sendiri adalah kondisi berpikir logis tentang sesuatu yang terjadi dan kemudian direspon dengan tindakan melalui metode sistematis dan terukur, ketika kita ingin menuju perubahan, tentu saja perubahan itu tidak datang dengan tiba-tiba, tidak datang dengan bim salabim, ia butuh proses rasional, pematangan system dan momentum tindakan, artinya proses menuju perubahan ini butuh proses pembongkaran holistic dan berpikir sistematis inilah yang disebut dengan kesadaran dimana akan menempatkan diri manusia sesuai dengan apa yang diyakininya, kesadaran ini diungkapkan dengan refleksi, cikal bakal gagasan dan tindakan.

Ketika kesadaran itu terhambat dan terjebak pada artikulasi dan pemaknaan diri, klaim diri paling hebat terjebak pada nilai-nilai subjectivisme yang sempit maka kesadaran itu belum terkelola dengan baik, kesadaran itu masih dalam taraf dirinya (etre pour soi e). maka secara otomatis kita tidak mampu menyadarkan pihak lain diluar kita dan kesadaran ini disebut dengan pseudo kesadaran atau kesadaran palsu. Etre pour soi e mengacu pada kesadaran berjarak, kesadaran kita terhadap sesuatu menyatakan adanya perbedaan antara kita dengan sesuatu, kita tidak sama dengan sesuatu yang kita sadari, ada jarak antara kita dengan object yang kita lihat, kita selalu menyatakan bahwa kita berjuang untuk masyarakat adat sementara kita datang jauh dari mereka, kita tidak paham dengan bahasa mereka, tidak pernah kita makan apa yang mereka makan bahkan kita bertahun-tahun tidak bersama mereka. Maka prasyarat utamanya adalah distansi, penandaan pada jarak.

Kesadaran adalah pondasi tindakan yang mengunakan media kewaspadaan, maka kesadaran ini muncul ketika subjek berhadapan dengan realitas ruang dan dikontektualisasi dengan ideology yang tentu saja mempunyai 3 pondasi yaitu gagasan, sikap dan aksi, yang diperoleh dari interaksi subject dengan object melalui panca indera yang terverifikasi melalui akal rasional, mengaca pada struktur yang sitematis (pengetahuan).

Kesadaran Jiwa

Kebencian terhadap sesuatu tanpa alasan dan subjectivisme adalah penyakit dalam kesadaran jiwa, padahal kesadaran jiwa adalah pondasi paling dasar dari kesadaran itu sendiri, pada struktur kesadaran jiwa ini kita menyadari bahwa semua relitas hakikatnya adalah satu, tunggal, dengan demikian tidak ada realita yang tidak dapat diubah. Kesadaran jiwa melahirkan konsep kecerdasan/kematangan jiwa (emotion quotient) untuk menyeimbangi kecerdasan emosional (intellectual quotient) yang merupakan pondasi rasionalisme, kecerdasan ini bisa bisa memotivasi kondisi jiwa agar menjadi pribadi yang matang secara social berkenaan dengan eksistensinya sebagai entitas social, ia terwujud dalam bentuk kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energy yang menyulut kretivitas yang tentu saja mengarahkan manusia ke arah yang lebih baik.

Kesadaran jiwa ini menyiratkan kesediaan manusia untuk memikul amanah, beban, kepedulian yang tidak diikuti oleh komitmen terhadap sikap mendua. Sumber utama konplik jiwa ini adalah kebodohan dalam mendifinisikan makna tindakan fisiologis, hawa nafsu, keinginan buta, ambisi kemudian disederhanakan sikap yang munafik, betrayal atau penghianatan

Kesadaran Ideologi

Kesadaran ini menghubungkan konsep tentang realitas dan keberadaan realitas itu sendiri dan bagaimana menyingkapinya, orang yang menjalaninya disebut realis. Kesadaran ideologi ini ditandai oleh upayanya merangkai segala peristiwa yang melahirkan fragmentasi kelas-kelas social. Setelah mengambil kesimpulan atas berbagai system penindasan, terutama yang melekat dalam kelasnya, maka dia akan mulai menebarkan kesadaran kelasnya ke segenap komunitas yang lebih dekat dengannya.

Sedangkan ketidaksadaran ideology didasarkan pada pandangan bahwa syarat bertahan hidup kita adalah menguasai banyak keterampilan agar bisa bekerja, pandangan ini secara sederhana menyatakan bahwa semakin baik kita bekerja maka semakin meningkat kesejahteraan kita, dan kita tidak perlu tahu tentang apa yang sedang terjadi baik yang berdampak pada diri kita maupun orang lain, secara sederhana bisa disebut setiap orang punya urusan masing-masing, dan kita tidak perlu menebarkan dan meningkatkan kesadaran baik di diri kita apa lagi orang lain.

Kesadaran Ruang

Dibawah kesadaran ideology adalah kesadaran ruang, kesadaran ruang ini berisikan hasil akumukasi persepsi dan daya hayal (imagines), daya persepsi ini hanya berlandaskan pada objek material. Ketika kita berada di dalam kamar, kita kemudian dikuasai penuh oleh kamar tersebut dan kita mulai mempersepsi semua benda yang berada dalam jangkauan indera kita, sehingga dalam persepsi, ruang kamar hanyalah sebidang dinding persegi yang dipenuhi beberapa perabotan. Selain itu kita mampu berhayal tentang bagai mana kita jadikan ruang tersebut, dalam khayal, kita bisa menjadikan ruang kamar tersebut diubah menjadi kolam renang, kita masukan gajah dan kita lakukan segala hal yang tidak lazim. Sedangkan ketidaksadaran ruang adalah dimana ketika kita dikondisikan oleh ruang tersebut.

Kesadaran ruang ini juga mengubah gen pasif ke aktif, gen pasif ini adalah mentalitas buruh, petani yang negative, miskin, bodoh, murah dan pasrah. Sedangkan gen aktif adalah mentalitas buruh, petani positif, kaya, cerdas, mahal dan aktif. Harus ada nilai lebih yang dibangun dalam diri kita sebelum kita melakukan perubahan di luar, gen pasif adalah kondisi penerimaan mental atas stagnasi perubahan, sedangkan gen aktif adalah kondisi keyakinan bahwa tidak ada yang tidak berubah di alam ini kecuali perubahan itu sendiri.

Kesadaran social

Kesadaran social adalah meniscayakan kebutuhan untuk saling memperkuat jaringan komunitas, kesadaran ini membantu menyebarkan distribusi pendapatan sehingga setiap komunitas mempunyai daya tahan yang sama, dalam bahasa lain bahwa komunikasi nyata antara kelompok yang mampu kepada yang tidak mampu adalah derma. Penekanan kesadaran social ini adalah ketika proses sharing tanpa pamrih, klaim maupun ada kebutuhan lain dibalik derma tersebut. Penyadaran dan distribusi pendapat, wacana hanya didasari kebutuhan peningkatan kesadaran dan kapasitas kelompok yang lebih lemah, tertindas dan bukan malah menyadikan kelompok lemah sebagai object, apalagi klaim dampingan yang kemudian membuat proses ketergantungan yang massif.

Puncak Kesadaran

Karakter tidak bisa berkembang dengan mudah dan cepat, hanya melalui pengalaman ujian dan penderitaan jiwa bisa diperkuat, visi diperjelas, ambisi di ilhami dan keberhasilan diraih. Helen Keller (1880-1968)

Dengan semua wilayah kesadaran yang harus dikuasai agar bisa melakukan perubahan yang optimal, sehingga ada dua bidang besar yang harus menjadi perhatian kita yaitu internal dan eksternal. Untuk wilayah internal, kesadaran melahirkan sebuah keyakinan. Satu-satunya untuk mengubah secara permanen dunia luar kita adalah dengan mengubah dunia dalam kita. Kita tidak melihat dunia seperti seharusnya, kita hanya melihat dunia seperti yang kita mau lihat, kita hanya akan melihat berdasarkan keyakinan bukan kanyataan.

Hanya tindakan yang dilakukan sesuai dengan keyakinan yang mendominasi pikiran dan hati akan membuahkan hasil, keyakinan yang utuh hasil dari proses reflektif yang panjang dan teruji dilapangan akan melahirkan sebuah karakter yang nantinya menjadi cermin bagi pergerakan perubahan.

Kita kita sedikit menyadari tentang siapa diri kita yang sesungguhnya, dan kesadaran ini menjadi awal yang lebih besar…??