Sedari pagi, air laut sudah nampak surut. Beberapa karang dekat bibir pantai, tempat nelayan mencari gurita yang sering disebut Gurita pinggir serta berbagai macam jenis biota laut lainnya seperti teripang sudah menampakkan pesonanya. Tanggal di gawai menunjukkan hari Rabu, 31 Agustus 2024. 1 hari sebelum tutup akhir bulan Juli yang penuh cerita dan suka cita. Segerombolan nelayan yang tergabung dalam kelompok yang menamai mereka sebagai KUB Ujung Lancang sudah bahu-membahu mengangkat alat-alat untuk Temporary Closure (TC) atau penutupan sementara. Ini jelas bukan kali pertama bagi mereka melakukan aksi penjagaan Gurita. sekitar 5 kali telah mereka lakukan bersama pendampingan Akar pada lokasi tangkap para nelayan Gurita Merpas. 

Gambar 1. Kelompok KUB Ujung Lancang sedang menyiapkan alat untuk Aksi Temporary Closure (Doc. Pribadi Akar Global Inisiatif)

Perahu yang hendak dibawa ke laut sudah didorong agak ketengah agar mesin kapal tak terhantam karang dari dampak laut susut. Situasi surut laut ini adalah hal yang belakangan terjadi menuju  atau bahkan selepas matahari terbenam. Para pria dengan tubuh kekar, berkulit terpanggang matahari dan terbiasa menghirup asinnya air laut dengan ditemani hisapan rokok di mulut mereka tergopoh-gopoh menaikkan alat-alat TC yang beratnya hampir sama dengan mengangkat 2/3 ekor ikan Marlin segar. Mesin mulai bising bernyanyi saat perlahan hingga kecepatan sedang membelah laut yang ombaknya sedang cukup tinggi karena Angin Tenggara atau biasa disebut nelayan lokal sebagai “Angin Tenggaro”. Target area tutup saat ini memang tidak sampai membuat mata kita hanya habis dengan hamparan birunya lautan. sebagian kecil daratan beserta pucuk pohon kelapa yang bergoyang riang ditiup angin masih terserobok oleh mata yang barangkali silinder, mines, atau bahkan plus ukuran rendah. 

Mesin dipelankan sejenak. 2 orang nelayan yang sibuk mengepulkan asap dari mulut itu mulai bergerak lincah menarik tali dan mengikatnya menjadi simpul pada ban-ban yang sudah dipadatkan dengan semen kering. pelampung dan bendera juga turut dilepaskan ke laut. Bendera putih bertuliskan “Lokasi TC” itu berkibar gagah dimainkan ombak dan angin laut. Sekitar 1 jam lebih kami habiskan waktu untuk melakukan hal yang sama di beberapa titik sudut. GPS yang kami pegang pun tak lupa kami masukkan titik-titik derajat aksi dari yang kami lakukan. Beberapa ekor ikan melompat tinggi dan menari-nari tak jauh dari posisi kapal kami. seolah tak ingin kehilangan eksistensi bahwa mereka barangkali juga merasa senang dengan apa yang kami lakukan.

Gambar 2. Nelayan Ujung Lancang sedang melakukan aksi TC Sumber: Doc. Pribadi Akar Global Insisiatif
Gambar 2. Nelayan Ujung Lancang sedang melakukan aksi TC (Doc. Pribadi Akar Global Insisiatif)

 

“Kegiatan yang kita lakukan ini sangat bagus dan tepat waktu. Kalau dihitung-hitung, 3 bulan kebelakang, pembukaan akan dilakukan di bulan november dan itu masuk musim gurita. Apalagi, kabarnya akan ada perlombaan ya pastinya serulah itu. Tambah lagi, sekarang cingkau (pengepul) sudah mulai mempertimbangkan menerima gurita dengan ukuran yang besar. kalau ukuran kecil kadang tidak diambil atau hanya dihargai dengan sangat murah sekali”  Ujar Nopi. Ketua KUB yang hidupnya juga sudah puluhan tahun dia habiskan di laut Laguna, Merpas.  Kami berbincang sejenak sambil berteduh dibawah pohon kelapa dan berencana hendak makan siang. Pandangan Nopi  masih jauh menembus lautan, sambil menunjuk lokasi yang tadinya kami beraksi dia mengatakan bahwa lokasi itu cukup amat strategis dipilih.

“Kami memutuskan menutup lokasi itu jelas bukan tanpa alasan. Lokasi itu dekat dengan area yang sering kami lewati jadi cukup mudah untuk dipantau. Apalagi, hampir semua daerah sudah pernah kita coba tutup. Jadi, kali ini kita coba tutup daerah lainnya. Lokasi tangkap Batu Grogok ini pas di daerah selatan perbatasan Desa Merpas.” Dengan mata berbinar Nopi meneruskan penjelasannya. Masyarakat sangat mendukung aksi jaga laut yang dilakukan dalam kurun beberapa bulan ini. Namun memang, masih ada beberapa pihak yang menjadi PR untuk diajak bekerjasama mensukseskan kegiatan. 

Kepala Desa Merpas yang biasa kami sapa Dang Yawan, juga turut menyampaikan pendapatnya mengenai kegiatan yang dilakukan dalam 2 tahun belakangan ini. Penjagaan biota laut agar tetap lestari dengan cara menutup laut selama jangka 3 bulan menjadi pemahaman yang sedikit demi sedikit semakin menyebar luas di kalangan masyarakat terutama nelayan aktif di Desa ini.  

“Kami melakukan himbauan kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam aksi penutupan sementara ini. Sebagian besar biasanya kami lakukan dengan sosialisasi dari mulut-ke mulut untuk berhenti sejenak dari menangkap gurita di daerah yang sudah sama-sama sepakati ditutup. Saya juga berterima kasih dengan teman-teman Akar karena sudah mau mendampingi dan memberikan sosialisasi pemahaman mengenai pelestarian gurita di desa kami.”  

Setelah mendengar kalimat yang dengan tenang disampaikan kepala Desa tersebut, terbersit pertanyaan apakah kegiatan ini akan tetap dilakukan apabila teman-teman Akar dan lainnya tidak lagi mendampingi?

Insyaallah.. kami akan tetap melanjutkan kegiatan penutupan ini. Karena menjaga biota laut adalah tanggung jawab bersama, agar tidak terjadi kepunahan. Sebab, punahnya biota laut terutama gurita akan mempengaruhi kestabilan ekonomi masyarakat Desa Merpas sendiri” Ujar lelaki yang sudah memimpin Desa ini selama 3 tahun dan cukup aktif mensuport dan membantu terlaksananya kegiatan maupun program-program kerjasama dengan Akar. 

Kegiatan penutupan ini juga didampingi langsung oleh Penyuluh Perikanan Kaur, atau yang biasa disapa Pak Andi. Beliau bahkan turut serta dalam aksi penandaan TC di tengah angin Tenggaro yang sesekali membuat ombak tinggi memercikkan muka dan tubuh kami.

“Kegiatan ini sebenarnya cukup bagus. Tapi menurut saya pemahaman nelayan secara lebih luas masih banyak yang kurang terlalu paham mengenai penutupan ini. Saya harap sosialisasinya dapat terus dilanjutkan. Semoga kedepannya meski dengan atau tanpa teman-teman Akar, pemahaman masyarakat untuk terlibat aktif dalam kegiatan penutupan ini dapat terus terlaksana”

Di Hari selanjutnya, menyambut hari pertama di bulan Agustus, Kamis, 1 Agustus 2024. Tak kalah semangat dari Desa Merpas, sekelompok nelayan  dampingan Akar yang menamai diri mereka Perahu dayung Maje dan beberapa partisipan lain yakni KKN UGM, Peneliti IPB, Angkatan Laut, Pemerintah Desa Linau. Para pelaku aktif yang turut serta dalam melakukan penutupan memakai Life Jacket berwarna Orange menyala. Dengan arahan nelayan gurita aktif mereka menandai lokasi Benawang Kawat, dengan luas sekitar 5Ha dari Batu Gincing sampai Muara Sebabil. 

Gambar 3.  Nelayan Perahu Dayung Maje sedang Melakukan aksi TC (Doc. Pribadi Akar Global Inisiatif)

Pak Septiawan, lelaki paruh baya yang aktif sebagai ketua KUB Perahu Dayung Maje serta nelayan yang kesehariannya adalah memancing gurita bercerita bahwa alasan mereka memilih area tersebut sebagai area penutupan adalah karena biasanya di daerah tersebut, gurita yang ditangkap dengan ukuran yang cukup besar dan areanya lebih dekat sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan. 

“Daerah itu memang menjadi primadona dalam melakukan penangkapan. Itulah sebabnya dalam diskusi kemarin kami sepakat memilih area itu, namun sejujurnya masih ada beberapa kendala dalam melakukan aksi TC jika melihat dari tahun-tahun sebelumnya. Partisipasi masyarakat masih dapat dikatakan kurang karena terbukti dengan adanya atribut yang hilang baik karena cuaca maupun dicuri oleh oknum nelayan lainnya.” Ujar Wawan sambil memainkan batangan rokok ditangannya. Angin dari dermaga pantai Linau cukup kencang sehingga cukup sulit untuk menghidupkan korek api demi membakar sebatang rokok yang sudah dipegang semenjak tadi. 

Berkaca dari informasi yang disampaikan pak Wawan tadi, penjagaan TC selama ini dilakukan masih secara partisipatif oleh KUB. Meski sekarang sudah melibatkan para pihak termasuk dari Angkatan Laut (AL), namun masih saja ada nelayan nakal yang mengambil atribut TC. Belum lagi, adanya ancaman dari pasukan katak (penyelam) dari Desa lain yang masuk ke Linau, dan kadang karena tidak adanya pengetahuan terkait TC area TC karena kegiatan mereka sering dilakukan pada malam hari. Mungkin akan timbul pertanyaan apakah masyarakat daerah luar tidak mendapatkan pemberitahuan mengenai aksi Penutupan sementara yang dilakukan di area tersebut. Sebenarnya, pemberitahuan dan penjelasan sudah diberikan. Sebagian besar dari mereka juga sudah mengiyakan pemberitahuan yang diberikan. Namun, kadang masih tetap melakukan aktivitas memancing di area tersebut. Semua masalah ini muncul karena belum adanya peraturan yang terlalu mengikat sehingga sampai saat ini hanya sebatas peringatan. Namun, Peraturan yang bersifat mengikat tersebut masih dalam proses pengesahan. 

“Padahal, kalau boleh jujur. Hasil dari kegiatan penutupan ini sebenarnya lebih besar dan memuaskan. Meski mendapat 1 atau 2 ekor, timbangannya sudah cukup lumayan untuk menghidupkan asap dapur dan kebutuhan sehari-hari. Pernah waktu itu, kami dapat 3 ekor, beratnya sampai 10/11kg. Makanya kami sangat semangat dan bernafsu melakukan TC ini. Biarpun sedikit yang kami dapat, tapi timbangannya sudah sangat tinggi.” Ujar pak Bahar, menimpali pak Wawan yang bermuka agak muram saat menceritakan bagaimana aksi TC mereka masih menemukan banyak kendala di lapangan.

Hal menarik dalam aksi penutupan sementara di Linau ini tidak hanya menjadi konsumsi pribadi masyarakat dan nelayan Linau. Beberapa orang mahasiswa KKN UGM yang turut terlibat menyampaikan bahwa ini aksi yang baru dan sangat berguna. 

“Menurut kami kegiatan ini sangat membantu terkait ekonomi dan pemberdayaan gurita juga sangat bermanfaat karena gurita dibiarkan berkembang biak dan bertambah jumlahnya. Sebab bila ditangkap terus menerus dapat terancam punah. Kami harap kegiatan ini dapat berjalan secara rutin dan improve. Kami juga berpendapat dalam kolaborasi yang terjalin dengan baik ini perlu ditingkatkan lagi terutama terkait persiapan dengan jarak yang lebih jauh-jauh hari” Ujar Farhat Oza Putra, mahasiswa UGM Prodi Teknik Sipil yang juga melibatkan diri dalam proses TC. 

Sayangnya, dalam kegiatan ini tidak dapat dipantau langsung oleh Kepala Desa karena beliau sedang ada kesibukan. Walau demikian, tetap ada perwakilan pemerintah Desa yang memantau dan membantu terlaksananya kegiatan ini 

“Semoga dengan pelaksanaan TC ini, dapat menjaga habitat gurita kemudian saat pembukaan TC bisa menambah hasil tangkapan Nelayan khususnya Nelayan Desa Linau, dan untuk seluruh masyarakat Desa Linau agar dapat bersama2 menjaga lokasi dan atribut yg sudah di pasang di area TC. Kegiatan ini tidak semata2 kegiatan KUB perahu dayung maje, tapi untuk seluruh masyarakat Linau” Ujar Meri Yanto selaku Kasi Pemerintahan Desa Linau. 

Kegiatan TC yang dilakukan di Linau, adalah kali ke-3 sejak Akar secara aktif mendampingi Desa yang kini menjadi salah satu Desa yang masuk dalam program Smart Fisheries Village (SFV) yang merupakan konsep pembangunan Desa perikanan berbasis penerapan teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna yang berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Desa. 

Sama seperti Desa Merpas, Penutupan sementara yang dilakukan di Desa Linau juga berjalan selama 3 bulan. Pembukaan serentak area tutup sementara lokasi tangkap dari masing-masing Desa ini akan dilakukan pada bulan November tahun 2024 nantinya. Penyadaran mengenai perlunya menjaga lingkungan tidak hanya tanggung jawab program pemerintahan atau program desa serta program yang menjamur di Desa seperti lainnya. penyadaran utama datangnya dari kesadaran pribadi. Upaya-upaya yang kita lakukan sejauh ini seperti melakukan Penutupan sementara, menjaga kebersihan laut, pendataan untuk melihat kontrol sumber daya biota laut terutama gurita diharapkan bisa menjadi jalan masyarakat untuk memiliki radar mengenai kesadaran akan penjagaan lingkungan. Menjaga lingkungan, sama halnya dengan  menjaga warisan leluhur untuk keluarga besar kita semua. (NL)